1. Ngaben - Bali
Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim jenazah pada kehidupan mendatang. Dalam upacara ini, jenazah diletakkan dengan posisi seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan bahwa orang yang meninggal tersebut sedang tertidur. Dalam upacara ini, tidak ada air mata karena mereka menganggap bahwa jenazah hanya tidak ada untuk sementara waktu dan menjalani reinkarnasi atau akan menemukan peristirahatan terakhir di Moksha yaitu suatu keadaan dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian. Upacara ngaben ini juga menjadi simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal.
2. Potong Jari - Papua
Tradisi potong jari ini terjadi di papua, kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang dicintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan dan tak jarang masih membekas dihati. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari.
3. Pesta Laut - Jawa Barat
Upacara Adat Pesta Laut ini biasanya diselenggarakan di daerah Jawa Barat seperti Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran (Ciamis). Upacara ini dimaksudkan sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala hasil laut yang diperoleh oleh para nelayan, juga di tujukan sebagai permohonan keselamatan agar para nelayan selalu diberi keselamatan dan hasil laut yang melimpah.
4. Rebo Wekasan Wonokromo - Jawa Tengah
Dalam upacara adat ini, puncak acaranya terjadi pada hari Selasa malam atau malam Rabu. Awalnya upacara ini dipusatkan di depan masjid dan biasanya seminggu sebelum puncak acara sudah diadakan keramaian, yaitu pasar malam. Upacara ini dipilih hari Rabu, konon katanya hari terakhir dalam bulan Sapar tersebut merupakan hari pertermuan antara Sri Sultan HB I dengan mBah Kyai Faqih Usman. Berdasarkan pada hari itulah kemudian masyarakat menyebutnya dengan istilah upacara Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan.Upacara Rebo Wekasan ini diselenggarakan sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Agung, serta untuk mengenang dan menghormati seorang kyai pertama di Wonokromo (Kyai Faqih Usman atau Kyai Welit) yang mampu menyembuhkan segala penyakit dan dapat memberikan berkah untuk kesuksesan usaha atau untuk tujuan-tujuan tertentu. Mitos tentang Upacara Rebo Wekasan ada beberapa versi, namun makna dan prosesi upacara tersebut ada kesamaan, yakni tentang kyai yang tinggal di Desa Wonokromo dan mempunyai berbagai kesaktian.
5. Tabuik (Sumatera Barat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar